Artikel Psikologi Pendidikan Anak : Oppositional Defiant Disorder (ODD)

S, laki-laki, 9 tahun. Mengeluhkan guru dikelasnya. S merasa dirinya dijadikan sasaran kemarahan guru. Parahnya, kemarahan guru tidak sebatas verbal, melainkan mewujud pula pada tindak kekerasan fisik. S mendeskripsikan gurunya sebagai seseorang yang tidak becus, pilih kasih, dan sembarangan. Selain tentang guru, S juga mengeluhkan teman-teman sekelasnya. Mereka, sekelompok orang yang karakternya dideskripsikan sebagai: kasar, suka ngata-ngatain, dan rese’. Hanya ada seorang teman bisa sejalan dengan dirinya. Dan seorang teman lainnya yang cukup baik menawarinya berbagi bekal makan siang.

Psikologi Pendidikan Anak
Melalui wawancara yang detil, terungkap fakta bahwa kejadiannya tidak selinier yang S deskripsikan. Di kelas, S adalah seorang yang secara agresif mencari perhatian dari lingkungan dengan cara menganggu teman-temannya. Apabila temannya merasa kesal dan menegur dirinya, tak segan-segan S balik memukul temannya. Tidak ada yang berani melapor pada guru, karena S tidak akan berhenti mengintimidasi teman-temannya baik verbal maupun fisik. Selain itu S pandai sekali memutar balik fakta. Pernah guru yang merasa kesal dengan tindak laku S melaporkannya pada kepala sekolah. S dipanggil kepala sekolah. S berargumen bahwa gurunya pilih kasih dan mengatakan bahwa semua teman sekelas juga suka ribut, tapi tidak dihukum. Akibatnya, seluruh kelas malah mendapat hukuman dari kepala sekolah. Mengenai tindakan fisik yang dilakukan guru, sebenarnya merupakan kesepakatan kelas. Bila ada anak yang berjalan-jalan di kelas selama kegiatan belajar berlangsung, layak di hukum. Namun ketika dihukum sekalipun, S masih mengata-ngatai guru dan balas memukul guru. Orangtua dan pihak sekolah kerap salah paham dan cenderung menyalahkan satu sama lain, akibat menyandarkan informasi pada S semata yang tidak didukung keterampilan menggali data yang memadai.

Hasil wawancara mengindikasikan S mengidap gangguan / penyimpangan perilaku yang dikenal dengan Oppositional Defiant Disorder. Ciri yang paling menonjol adalah: suka melawan. Ciri-ciri lainnya berdasar 3 domain, adalah sebagai berikut: secara kognitif memiliki prasangka buruk / rasa permusuhan terhadap lingkungan dan kurang mampu melihat dari perspektif orang lain (perspective taking).

Secara afektif ditandai dengan mudah terluka secara psikis / mudah tersinggung / mudah terpancing. Sedangkan ciri motoriknya adalah: tindakan agresif.

Gangguan ini sudah bisa diidentifikasi ketika anak mulai terampil bicara yaitu saat usia 3 tahun. Hati-hati bila anak sering kedapatan berbohong. Selain itu hambatan pada perspektif-taking menyebabkan mereka mudah sekali menyalahkan orang lain. Mereka kesulitan memahami maksud dan perasaan orang lain dan kurang menyadari bahwa setiap orang memiliki karakteristik fisik dan psikologi yang berbeda antara individu yang satu dengan yang lain.

Apa yang menjadi penyebabnya? Ada 2 penyebab utama: pertama, adalah kurangnya intensi afeksi dari orangtua (atau significant-person). Maksudnya, walau secara fisik, ibu / pengasuh berada disekitar anak, akan tetapi belum tentu perhatian ibu / pengasuh terkonsentrasi pada anak. Contohnya, Ibu mungkin menyuapi anak sambil ngutak-ngatik facebook, kesannya multi-tasking ya, tapi percayalah kurangnya perhatian ibu akan berdampak pada tidak optimalnya afeksi yang ibu berikan. Kelak, anak akan terus-menerus mencari perhatian dalam berbagai bentuk. Bila anak tidak mampu berkompetensi dalam bidang yang positif (akademis, seni, dsb), maka ia akan mencari pelarian lain yang bersifat negatif, sebagaimana yang dilakukan S. Anak akan mudah terbakar cemburu, karena tidak percaya bahwa dirinya layak dicintai.

Lalu, apakah tidak boleh mengasuh anak sambil mengerjakan hal lain? Tentu saja bisa. Syaratnya, aktivitas itu benar-benar urgent. Anak bisa merasa kok, apakah ‘multi-taskingnya’ ibu benar-benar karena keadaan, atau sekedar menyengaja mencari aktivitas lain yang tidak primer?.

Asumsi penyebab berikutnya adalah lemahnya pengaturan diri, kontrol diri (low self-regulation). Lebih genetis sifatnya. Tapi bukan berarti tidak bisa diperbaiki.

Lalu, treatment apa yang bisa kita berikan?

Hingga saat ini treatment yang umum digunakan adalah: Behaviour-modification atau Cognitive behaviour-therapy. Demikian, semoga "Artikel Psikologi Pendidikan Anak : Oppositional Defiant Disorder (ODD)" bermanfaat dan jangan lupa baca artikel menarik terkait : Introvert Dalam Dunia Psikologi.