Kegiatan Untuk Anak

Semenjak masih aktif wara-wiri di pendidikan anak. Salah satu advise yang sering diminta orangtua selain memilih sekolah yang tepat, adalah mencari kegiatan luar sekolah (eskul). Secara umum, orangtua masih sangat stereotype dalam memilihkan kegiatan bagi anak; anak laki biasanya digiring untuk belajar bela diri, anak perempuan belajar nari. Adapun tambahan les lainnya adalah: musik dan belajar ngaji. Pengalaman saya selama mengelola sekolah, ke-4 eskul tersebut menjadi fasilitas sekolah yang diminati para orangtua. Kira-kira apa ya alasan orangtua memberikan anak berbagai aktivitas tersebut?. Jawaban para orangtua rata-rata sama. Cenderung seragam malah. Agak giris juga. Orangtua kan biasanya kritis sekali menuntut sekolah agar memperhatikan kebutuhan individual anak. Ironisnya, kita sendiri selaku orangtua memperlakukan mereka, anak-anak kita, cenderung seragam.;) Bayangkan, alasan pilihan eskulnya pun relatif sama.

Kegiatan Untuk Anak
Coba ya kita dengar salah satu alasan orangtua ketika memilihkan aktivitas untuk anak putra, misalnya, bela diri. Bila ditanya kenapa anak laki belajar bela diri; alasannya selain untuk kesehatan juga agar anak kelak mampu menjaga diri. Hmmm.. menjaga diri?. Kenapa?. Ada apakah gerangan kiranya hingga anak-anak kita harus belajar bela diri?. Implicitly, alasan tersebut menengarai bahwa anda sebagai orangtua, tengah mengabarkan pada anak bahwa dunia / lingkungan dalam kondisi tidak aman. Dan, cara yang anda pilih untuk menghadapi dunia yang tidak aman ini adalah dengan belajar menguasai beladiri. Waaah.. mind-set kita yang paranoid ini, alih-alih mewarnai alam pikiran mereka yang masih polos.Tak heran bila saya banyaaaak sekali menemukan kasus anak-anak yang neurotic.

Loh..loh, apakah orangtua tidak boleh memberikan anak eskul yang stereotype?. Misal, apakah tidak boleh memasukkan anak perempuan saya ke sanggar tari?. Boleh saja, bapak-ibu yang baik. Dengan catatan, tidak pada usia balita. Memangnya anak tidak boleh belajar tari sejak dini?. Boleh. Bila di keluarga besar anda memang kuat dengan tradisi seni. Dimana setiap anak putri mesti menguasai tari yang merupakan perwujudan dari budaya luhur yang turun-temurun. Jadi bila di keluarga tidak terbangun tradisi seni, apakah tak boleh mengkursuskan anak tari? Boleh. Asalkan mereka berlatih pada pakarnya. Silakan saja belajar jaipongan, misalnya, asal langsung ke penemunya. Selain itu? apakah alasan: agar sedari dini anak lebih terasah kelembutannya, terlatih intuisinya terhadap nada-irama, atau to release stress, tidak cukup adekwat?. Eemm, kenyataannya banyak pasien gangguan jiwa yang pandai main gitar, pandai pula bernyanyi. Iya. Memang alasan terakhir sangat tidak tepat.

Kebanyakan orangtua beralasan: ‘kami kan hanya sekedar memfasilitasi, pilihannya nanti terserah anak’. Sebaiknya sih, menurut saya, jangan asal memaparkan anak ke setiap aktivitas. Sulitnya memang memberi input pada orangtua yang berlebihan rejeki, karena mereka lebih mudah terpancing untuk jor-jor-an memaparkan anak pada segala aktivitas.

Jadi mesti gimana dong? Masa ini ga boleh, itu ga boleh. Boleh kok, bapak-ibu, asalkan.. in-generally, dilakukan pada usia yang tepat dan diminati sepenuh hati oleh anak. Ah, tapi kan anda orangtuanya, hak anda untuk memilihkan anak aktivitas sesuai selera anda. Siapa tau angan-angan yang ndak kesampaian dulu, bisa direalisasi oleh anak. Lhooooh.. ;)

Tapi, okelah. Gini, saya punya satu saran untuk aktivitas yang relatif aman dilakukan semenjak dini sekalipun. Apakah itu? jreeeeeennng..!
Gimana kalo berenang?. Waaaks!! Kenapa? Ada beberapa alasan nih.

1. Secara alamiah, setiap anak (pasti) suka air dan bisa ngambang di air. Coba deh bayi anda bawa ke kolam, pegang tangannya, otomatis badannya akan terangkat mengambang di air dan kaki mungilnya akan bergerak-gerak mirip posisi kaki gaya bebas. Saya pernah coba pada bayi usia 4 bulan. Well, bisa jadi pengaruh lamanya mereka ngendon di air ketuban dalam rahim ibu, membuat bayi-bayi ini jadi familiar dengan unsur air. Bahkan saat lahir, bayi sudah bisa mengendus sumber air susu ibu. Jadi kesimpulannya, air itu sangat dekat dengan fitroh anak.

2. Air punya efek relaksasi. Coba deh kalo anda emosi, minum seteguk air putih akan menetralisir perasaan anda nan tengah galau. Apalagi bila diimbangi dengan latihan nafas. Perhatikan deh anak kalo sudah main air, pasti sulit berhenti. Bukan semata-mata nostalgia saat masih berendam ria di air ketuban, melainkan juga karena air punya efek menenangkan dan penyembuhan (self-healing) yang luar biasa. Maka tak heran, saat ini melahirkan dalam air dianggap pilihan terbaik karena bisa mengurangi efek stres pada bayi yang baru lahir. Bayi / anak bisa recovery dengan cepat dari kondisi stres harian bila bermain air. Apalagi bila didukung dengan teknik berenang yang baik. Saat berenang mereka juga dilatih mengatur napas dengan baik. Sirkulasi oksigen juga berjalan dengan baik bila napas diolah dengan benar.

3. Berenang juga memiliki aspek korektif. Nah, ini sangat berguna bagi anak yang sedang dalam masa pertumbuhan. Postur tubuh yang baik itu sangat berguna untuk mendukung aktivitas secara optimal. Sikap tubuh yang baik akan membuat tubuh terasa lebih ringan. Jadi ga gampang capek. Aktivitas ibadah seperti sholat berlama-lama terasa lebih nyaman bila sikap tubuh tepat. Saya sendiri waktu kecil ikutan tari, berenang dan bela diri. Ternyata setelah saya bandingkan antara nari, latihan karate, dan berenang. Efek berenang yang paling positif.

4. Olahraga berenang paling minimal cedera otot. Menari yang terlihat lembutpun sangat rentan salah urat. Apalagi bila dilatih oleh guru yang bukan pakarnya, dijamin postur tubuh anak akan terganggu. Saya waktu kecil juga belajar menari. Private. Guru saya sebenarnya hanya ahli tari jawa, tapi dia menguasai jenis tarian nusantara lainnya, sayangnya dia ndak paham prinsip dasar gerakan tari daerah lain. Kecuali jawa. Tentu saja. Akibatnya? Cukup fatal!.

Nah, bila anda ingin melatih anak anda berenang, jangan lupa perhatikan waktunya. Maksdunya jangan sampai tengah hari bolong, anak masih keringetab, terus di cemplungin ke kolam renang. Alih-alih anak kena flu. Kalo di bandung, kolam renang batu nunggal mungkin bisa jadi pilihan. Ada kolam air hangatnya dan bertutup kanopi pula. Cukup nyaman buat anak, walau berenang tengah hari.

Oh, ya hati-hati terhadap anak yang mengalami: asma dan darah rendah. Prinsipnya sama, perhatikan: intensitas, durasi dan frekuensi. Ada perbedaan signifikan dengan anak (normal) yang tidak memiliki 2 masalah tersebut.

Ok, bapak ibu silakan memilih aktivitas luar sekolah bagi buah hati tercinta.
Saya hanya sekedar sharing pengalaman menangani anak-anak dalam memilih aktivitas luar sekolah, disamping pengalaman pribadi pula.